Ads 468x60px

Selasa, 31 Desember 2013

Semua Untuk Cin-(ta/dy) (part 1)

              


            Siang itu cuaca sangat tidak pasti, antara hujan dan tidak. Tapi itu tidak menghalangi niat ku untuk mengitari indahnya kota Bogor, sebagai antisipasi ku membawa payung, takut-takut ditengah perjalanan terjadi hujan. Ketika sedang berjalan-jalan di sudut kota Bogor tiba-tiba turun hujan yang dengan cepatnya membesar membuat semua orang berlarian mencari tempat berteduh termasuk juga Aku. Disaat ku sedang asyik menunggu terlihat seorang gadis berlari-lari kecil menghindari hujan ke tempat berteduh. Dia berdiri di sampingku, bajunya terlihat agak basah.

            Ku memperhatikan gadis itu dengan seksama, tingginya tidak lebih dari bahuku, dia terlihat sangat cantik dan manis. Oh darimanakah bidadari ini, ujarku penuh kagum.
“Nih pake payung aku aja“, tawarku kepadanya
“Ehh iya, udah gapapa ko“
“Udah pake aja daripada kamu sakit“
“Yang bener ini? Ntar kamu gimana?”.
“Tenang aja, rumah aku deket tuh di ujung jalan”, menunjuk ke suatu tempat berusaha meyakinkan.

Hmm, ya udah makasih banyak ya, maaf aku buru-buru duluan ya soalnya barang-barang ini udah ditungguin sama mama aku, sambil berlalu dia menoleh kebelakang dan melepaskan senyum penuh makna. Dari kejauhan ku berteriak, bersaing dengan derasnya hujan
“NAMA KAMU SIAPAAA?”.
“APAAA? GAAAA KEDENGERAAAN“, teriaknya di tengah deras hujan.
“NAMA KAMU SIAPAAA?“, ku mengencangkan suaraku.
“OHH ..AKU CINDYYY” sama kuatnya berteriak di tengah hujan. Oh namanya Cindy, gumam ku penuh makna.


-----------*----------


            Kenalkan namaku Ryan, aku hanyalah seorang siswa salah satu SMK Unggulan di Bogor yang sudah bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja. Bangun, sekolah, makan, tugas, tidur, dan esoknya mengerjakan hal yang sama seperti kemarin. Disekolah? Hanya disibukkan dengan tugas-tugas dan catatan ditambah teman-teman yang menjengkelkan. Dirumah? Semuanya bertambah buruk di tempat ini, aku hanya mengurung diriku dirumah, dikamar tepatnya. Semuanya terasa buruk bagiku.
           

“Yan ko basah semua baju lu?Kan lu tadi bawa payung?“ ujar kakakku yang lelaki. Ya tadi ketemu sama cewek cakep  loli masa tega sih dibiarin ujan-ujanan?, kataku polos sambil nyelonong ke kamar.“Awas lu ntar meriang aja tau rasa“dia berkata. Setelah meninggalkan kakakku dikamar aku mulai membuka laptopku yang “nganggur“ dari pagi ditinggal pergi.“Buka Facebook dulu ah mau menyapa teman jauhku Dhalia Ayulia, ya kami memang belum pernah bertemu karena dia di Medan sedangkan aku di Bogor. Meskipun begitu dia begitu ramah dan baik terhadapku.

Aku memang tergolong anak yang tak pandai bergaul. Yah jumlah temanku memang bisa terhitung jari bahkan mungkin hanya sekitar 3-4 teman yang sangat dekat kepadaku. Sisanya? hanya berusaha mendekatiku setiap ada ulangan karena aku tergolong anak yang pandai di kelas. Di saat yang sama kembali ku teringat akan wajah Cindy yang baru ku kenal tadi, cantik, menawan dan imut, kenapa ku memikirkannya? Ahh bodohnya diriku tidak meminta nomor Handphonenya tadi, ujarku menyesali.


-----------*----------


Setelah hari itu aku kembali menjalani semua aktifitas normal yang disebut “sekolah“. Murid-murid berisik, guru yang datang telat, razia sekolahan, catatan setumpuk, dll. Setelah agak telat pak guru pun masuk dan seperti biasanya ketua kelas menyiapkan salam. Setelah salam pak Guru membuat sedikit pengumuman bahwa ada anak baru pindahan. Seisi kelas sibuk membicarakan siapa “si murid baru“ itu?. Aku? Seperti biasa hanya cuek sambil membaca buku Matematikaku.

“Si anak baru“ pun masuk dan mulai memperkenalkan diri, Akupun masih sibuk dengan bukuku. Dia mulai memperkenalkan dirinya dia menyebutkan namanya Cindy Christina Gulla, mendengar suaranya sepertinya tidak asing di telingaku. Ku alihkan sejenak perhatianku ke depan. Dan betapa terkejutnya diriku ternyata dia adalah gadis yang kehujanan kemarin, aku begitu kaget melihat seorang bidadari kembali hadir di hadapanku. Setelah memperkenalkan diri pak Guru mempersilahkan Cindy duduk di tempat kosong. Dan satu-satunya tempat kosong di kelasku ya hanya di sampingku, di depan meja Guru. Begitu dia duduk aku menyapanya.
“Hii ... kamu masih inget aku ga?” ujarku.
“Hmm ... kamu cowo yang kemarin ngasih aku payung kan? Ya aku inget ko, Oh ya makasih ya payungnya“ ucapnya sumringah.
“Ya sama-sama terus kam...? Belum selesai ku berbicara dia langsung memotong
“Oh ya kamu gimana gak sakit kan kemarin keujanan gitu udah ujannya deras lagi“, tanyanya khawatir.
“Aku gak apa-apa kok, tuh buktinya sekarang aku sekolah“, ujarku meyakinkan.

Sepanjang sisa pelajaran sampai istirahat Aku dan Cindy tidak fokus belajar malah terkesan asik sendiri. Asik cerita tentunya dengan Cindy. Sampai-sampai pak Guru sempat menegor kami. Kami pun menghentikan percakapan kami sejenak. Ku curi-curi pandang melihat ke wajah Cindy, ternyata hari ini dia terlihat begitu cantik dibandingkan hari kemarin. Dia menyadari aku memperhatikannya dan dia mulai melihat ke arahku, akupun menjadi salah tingkah, dia hanya menyimpulkan seyum manisnya. Ahh indahnya senyuman darimu Cindy.

            *teeeeeeeetttttttttt .... Bel istirahat pun berbunyi dan aku masih berusaha mengakrabkan diri dengan Cindy bidadariku yang tertunda. Dia bercerita bahwa dia pindahan dari Tangerang.. Wajahnya yang loli membuatku tak bisa jauh darinya. Seakan ku mendapatkan semangat baru di sekolahku. Ya memang semenjak aku pindah ke Bogor 2 tahun silam disekolah ku merasa tak nyaman, bukan karena masalah nilai karena aku tidak pernah mendapatkan masalah dengan nilai, malah aku tergolong siswa pandai semenjak dari Jakarta. Yang menyebabkan hari-hariku “suram“ di Bogor karena nenekku yang sangat menyayangiku sudah meninggal di Jakarta, wajar saja nenekku yang mengurusiku dari kecil. Orangtuaku? mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, kupikir dengan menjauh dari Jakarta hidupku makin baik ternyata sebaliknya.

            Ternyata Cindy ini orangnya sangat ramah terhadapku mungkin karena kami pernah bertemu sebelumnya. Tidak pernah aku sedekat ini dengan wanita sejak aku tinggal di Bogor, ya seolah Cindy adalah semangat baru dalam hidupku yang “suram“ ini. Mungkin baru hari itu aku merasa benar-benar memiliki seorang teman. Seorang yang benar-benar mengerti aku. Seorang yang tiba-tiba datang dalam hidupku dan sesaat bisa merubah sifat asliku secara ajaib. Seorang yang entah kenapa bisa membuatku jantungku sesaat berdetak lebih kencang dan seorang yang bisa membuatku tersenyum setiap kali melihatnya.

            *teeeeeettttttttt .... bel pulang sekolah pun berbunyi, anak-anak sekolah pun berhamburan ada yang jalan kaki, naik angkutan umum, ada yang mengendarai motor, Aku? Menaiki motor tua kesayanganku, disaat di jalan pulang aku melihat Cindy sedang jalan seorang diri, Akupun menghampirinya.
“Cindy kok kamu pulang sendiri?“, tanyaku kepadanya
“Ehh Ryan, ya aku pulang sendiri nih, abis papih aku ga jemput“, ucapnya sambil memanyun.
“Hmm .. gimana kalo bareng sama aku aja? Rumah kamu emang dimana? Kali aja searah, hehe“
“Emang ga ngerepotin ya?Oh ya rumah aku di Perumahan Cantika“ ujarnya dengan senyum
“Lho itukan deket sama rumah aku, rumah aku di Perumahan Delima, ya udah pulang bareng aja yuk“ ajakku padanya semangat.
“Hmm, yaudah deh“, ujarnya sumringah.

            Dia duduk di motor tuaku dengan posisi duduk miring, di sepanjang perjalanan dipenuhi canda dan tawa dari kami berdua, memang saat-saat itu cuaca kota Bogor sedang tidak bersahabat, tiba-tiba hujan turun dengan sangat cepat, akupun dengan cepat meminggirkan motorku dan berteduh di depan emperan toko. Dia menggigil kedinginan karena sempat kehujanan tadi.
“Nih kamu pake ya biar ga kedinginan“, ujarku sambil memakaikannya jaketku.
“Hm .. hm.. zz.. ma.. ka.. sihh, ya ja.. ketnya“ ujarnya sambil mengigigil.
“Ya, sama-sama“ ujarku sambil meraih tangannya
“Tangan kamu dingin banget“ ujarku gelisah.
“Ya.. aa.. aku.. kalo .. ke .. dinginan e ... mang gini“

            Setelah hujan reda, kamipun melanjutkan perjalanan dia masih nampak mengigil, akupun membawa motorku dengan pelan untuk menghindari dingin dari angin yang kencang. Akhirnya kamipun sampai di rumahnya sekitar jam 4 sore. Di depan rumahnya ibunya pun sudah nampak cemas menunggu kedatangan anaknya.
“Ya ampun Cindy kamu kenapa sampai kayak gini?“ ujar ibunya khawatir
“Maaf tante tadi kami sempet kehujanan dikit, maafin ya tante“ ujarku meminta maaf
“Ya lain kali jangan gitu ya nak..?“
“Ryan tante“, ujarku memperkenalkan diri.
“Ya nak Ryan, tapi makasih ya udah nganterin anak tante pulang. Tadi papihnya yang mau jemput tapi karena ada urusan di kantor papihnya gak jadi jemput deh“
“Ya sama-sama tante“
“Mau masuk dulu nak Ryan?“
“Hmm .. mungkin lain waktu aja tante udah sore takut nanti ibu saya nyariin“
“Ya udah kamu langsung pulang ya nanti ibu kamu khawatir“
“Ya tante, Oh ya Cin, jangan lupa istirahat ya“, ujarku kepada Cindy
“Ini jaket kamu, ntar kamu di jalan kedinginan lagi“ sambil membuka jaket tadi.
“Udah kamu pake aja, lagian rumah aku udah deket kok“ ujarku meyakinkan

Setelah meminta izin dari ibunya Cindy dan Cindy akupun pamit pulang, di tengah perjalanan aku menggeber motor tuaku karena hari sudah semakin petang.Setelah sampai di rumah.
“Heh, darimana aja kamu? Jam segini baru pulang? Abis ngeluyur ya? Udah baju sekolah sampe lepek gitu?“ ujar ibuku di depan rumah dengan wajah khawatir
“Tadi Ryan abis keujanan mah, terus neduh sebentar tapi dah terlanjur basah jadi di lanjut aja“ ujarku sambil ngeloyor ke kamar.
“Heh jam segini baru pulang, keujanan lagi“, ujar kakakku yang bawel
“Ahh, berisik lu bang, udah di omelin mamah di depan. Lu juga ikut-ikutan lagi“ Ujarku agak marah.
“Ntar meriang aja lu baru tau rasa, pake ujan-ujanan mulu dari kemaren“ Ujarnya.
“Ahh Cuma ujan segini doank, lagian gue cowok bang. Biasalah keujanan dikit kayak gini mah“ ujarku yakin

Malamnya aku demam tinggi.

           
-----------*----------


            Besoknya pun aku tidak sekolah dikarenakan sakit, orangtuaku menelpon ke sekolah dan meminta izin dari sekolah. Sakit selama satu hari saja membuatku sangat tidak nyaman. Betapa tidak, di rumah aku hanya menghabiskan waktu di kamar dengan obat-obatan dan Handphone Android ku dan tentunya laptop kesayanganku. Tentunya ini tidak sebanding dengan ketika aku bersekolah bisa bertemu dengan Cindy dan berbagi tawa bersamanya itu adalah hari-hari terindah dalam hidupku.


Di sekolah, sepertinya Cindy menyadari ketidakberadaanku
“Ilman kamu tau gak si Ryan kemana, kok gak dateng-dateng ya padahal kan udah mau masuk sekolah?“ tanya Cindy pada sahabatku Ilman.
“Itu anak mah biasanya juga telat mulu, tenang aja Cin ntar juga dateng. Ciee yang kangen segitunya“, ujar Ilman meledeknya.
“ihh bukannya gitu Ilman soalnya dia tuh kemaren nganterin aku pulang terus keujanan, aku takut dia sakit“ ujarnya penuh khawatir disertai bibir manyunnya.
“Hmm .. kalo gitu aku juga gatau ya Cin, kalo dia ga masuk kita jenguk aja ke rumahnya. Gimana? Ntar aku ajak temen aku deh si Melan“ ujar Ilman
“Yaudah deh kalo dia gak masuk kita kerumahnya aja ya, kamu tau kan rumahnya Man?“ tanyanya kepada Ilman
“Ya taulah kan aku sering kerumah dia, masa kamu gatau sih rumah dia?Kan kamu deket sama dia“, Ilman kembali meledek Cindy
“Ihh kamu aku aja kenal belum lama ya belum tau lah rumahnya“, ujar Cindy membela diri.
            Ilman adalah sahabat karibku di Bogor dia sangat baik kepadaku, tapi semenjak dia kenal dan deket sama Melan dia sudah gak begitu deket lagi sama aku. Mungkin karena fokusnya berpaling.

            Sementara Cindy begitu mengkhawatirkan keadaanku dia kemudian menelponku.
“Hallo, ini Ryan kan“, suara di ujung telpon
“Ya ini Ryan ini siapa ya?“, jawabku membalas suaranya
“Ini aku Cindy kamu kemana aja sih kok gak sekolah, kok gak ngabarin aku, kamu sakit ya? Jawab donk”, suaranya sangat cepat mirip seperti ibuku saat lagi ngomel tapi dengan suara yang lebih imut.
“Ehh ya Cindy maaf ya gak ngabarin kamu, terus aku juga gak sekolah hari ini aku sakit”, dengan suara lirih.
“Terus kamu dapet nomor aku dari siapa?” tanyaku heran.
“Tuhh, dari si Ilman“katanya sambil menunjuk kearah Ilman
Ilman disana cekikikan saja setelah ditunjuk Cindy
“Tuh kan kamu bandel sih di bilangin pake aja jaketnya malah gamau” ujar Cindy melanjutkan pembicaraan.
“Iya iya aku minta maaf ya Cindy“ dengan nada menyesal
“Jangan lagi ya kayak gitu, aku gak mau lihat lagi kamu sakit gara-gara aku. Oh ya entar aku jenguk kamu ya sama Ilman sama Melan juga”, ucapnya semangat.
“Wiih asik donk aku dijenguk bidadari“
“Yeay, lagi sakit masih sempet-sempetnya nge gombal“
“Hehehe, iya donk. Ehh ditunggu lho kedatangannya”
“Iya iya bawel, ehh aku tutup dulu ya teleponnya udah mau masuk tuh gurunya”
“Iya jelek”, ujarku meledek.
“ Ehh, ...” *tutt ... tuttt... tuttt belum selesai Cindy berbicara tiba-tiba Ryan menutup teleponnya dari sana.



-----------*----------

Siang harinya. Akhirnya Cindy, Ilman dan Melan menepati janjinya mendatangi rumahku. Mereka disambut oleh Ibuku di depan rumah sementara itu aku mengintip mereka ber-3 dari jendela kamarku.
“Siang tante, Ryannya ada“, ucap Cindy
“Hy”, ujarku pelan sambil melambaikan tangan ke arah Cindy, dan Cindypun yang melihat lambaian tanganku membalas dengan senyuman manisnya.
“Oh ini temen-temennya Ryan ya”, ujar ibuku
“Iya tante kita kesini mau jenguk Ryan”, ujar Ilman.
“Oh ya Ryannya ada di kamarnya langsung ke atas aja ya“, ujar ibuku
“Ya, makasih ya tante“, ujar mereka kompakan.

Setelah sampai di kamarku Ibuku membukakan pintu kamarku dan mempersilahkan mereka bertiga masuk.. Ibuku pun turun dan mempersiapkan cemilan dan minuman buat teman-temanku.
“Woii bro kemana aja lu tadi kagak masuk“, sapa Ilman membuka pembicaraan
“Yah, kaya yang lu liat gue lagi sakit, hehe“, ucapku agak lemas
“Lagi sih kamu pake ujan-ujanan kemarin, bandel sih gamau dibilangin sama aku“, kembali Cindy mengeluarkan bibir manyunnya
“Ya ya maaf ya aku udah ga nurut sama kamu“, ujarku meminta maaf kepada Cindy

Pembicaraan dikamarku pun berlangsung seru dan Ilman memulai aksi isengnya. Dia berbisik pelan ke Melan.“Mel kita tinggalin mereka berdua yuk“, dan dengan senang hati Melan pun menerima “ajakan“ Ilman.

“Bro gue sama Melan mau jalan-jalan dulu keluar ya menikmati udara segar“, ujarnya sambil mengangkat kedua alisnya sebagai “tanda“.
“Ihh kalian ber-2 mau kemana sih, bukan temenin kita aja“, ujar Cindy manja
“Ahh enakan keluar Cin, takut ganggu. Ups keceplosan“, ujar Ilman sembari keluar kamarku diikuti oleh Melan yang cekikikan.
“Ihh kalian mah jahat sama aku“, ujar Cindy memanyunkan bibirnya
“Biarin aja si Ilman mah orangnya emang begitu, ntar juga lama-lama kamu hapal, hehe“, kataku.
“Ya keenakan di kamunya“, ujar Cindy
“Hahaha, gapapa lah kali-kali nemenin orang keren sakit kapan lagi ya ga?”, ujarku menggoda

Ya, akhirnya aku ditinggal berdua di kamarku dengan Cindy, kami berdua pun asik mengobrol dengan asiknya diselingi dengan candaan. Sungguh hari yang berkesan untukku walaupun keadaanku sedang sakit. Ngomong-ngomong kemana ya si Ilman dan Melan? Ternyata Ilman dan Melan tidak kemana-mana mereka menguping di depan pintu sampai akhirnya ketahuan oleh ibuku yang berniat membawakan cemilan dan minuman ke kamarku. Hmm ... dasar.


            Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, teman-temanku pun nampaknya sudah ingin pulang. Akupun mengantar mereka sampai depan rumahku ditemani oleh Ibuku.
“Udah pada mau pulang ya?“, tanya Ibuku.
“Iya nih tante lagi juga udah sore, takut nanti dicariin sama orangtua kita“, ujar Ilman.
“Oh ya makasih ya semuanya udah jenguk Ryan“, ujar Ibuku
“Ya sama sama tante, Yan gue sama anak-anak pulang dulu ya. Jaga kesehatan lu”, ujar Ilman.
“Aku pulang dulu ya Ryan, jangan ujan-ujanan lagi“, ujar Cindy mengingatkan
“Iya-iya Cindy aku janji kok, gabakal ujan-ujanan lagi“, ujarku sembari senyum.
“Janji ya?“, ujarnya sambil menjulurkan kelingkingnya
“Ya janji“, ujarku sambil melingkarkan kelingkingku padanya
“Ciee, ciee, asik berdua mulu nih, yaudah kita pulang dulu ya“, ujar Melan menyindir sekaligus pamit pulang.


-----------*----------


            Besok paginya pun aku bangun lebih awal dari biasanya, ku rasakan badanku sudah tidak terlalu sakit. Ku meminta izin kepada Ibuku bahwa aku hari ini ingin sekolah, Ibuku hanya menyarankan kalau mau sekolah silahkan, tapi kalo ngerasa sakit lagi izin pulang aja. Ibuku menyarankan. Lalu akupun siap-siap untuk sekolah, setelah itu aku langsung berangkat sekolah. Ku kendarai lagi motor tuaku, di sepanjang perjalanan hanya satu nama yang selalu kuingat. Yes Cindy only one name.

            Aku yang datang terlalu pagi atau memang sudah jodoh, kelas masih kosong begitu aku masuk ke kelas. Dan hanya ada satu orang di kelas yang dari posturnya sudah sangat ku hapal. Dia memakai headset sambil membaca sebuah buku. Yes itu Cindy. Ku berjalan pelan-pelan mendekati Cindy dan dia masih belum menyadari kehadiranku. Tampak dari belakang dia sedang membaca sebuah Novel ku makin mendekatinya dan secara tiba-tiba
“Wee, mau ngagetin aku ya.”, ujarnya sambil menegok ke kebelakang yg mengagetkanku.
“Emangnya kamu udah sembuh ya kok udah sekolah?”, ujarnya penuh heran.
“Ya ampun Cindy bikin kaget aja, udah gagal ngagetin malah aku yg kaget”, ujarku sambil mengelus dada.
“Ya aku udah mendingan kok mending sekolah kan bisa ketemu kamu“, ujarku sambil tersenyum
“Ngomong-ngomong lagi baca apa tuh, kayanya asik banget dari tadi aku perhatiin”, tanyaku penasaran sambil duduk di sampingnya.
“Hmm .. bilang aja mau modus ya kan? Hehe becanda. Sini aku liatin aku lagi baca Novel nih seru tau“, ujarnya sambil menunjukkan bukunya.

Kami pun akhirnya asik membaca Novel berdua sampai akhirnya ada yang mengagetkan kami.
“Ciee, yang berduaan mulu kaya sendal jepit aja“, tiba-tiba Ilman memecah keheningan di kelas.
“Ah lu man, kirain gue siapa?“, ujarku menjawab pertanyaan Ilman sambil terkaget
“Ya, siapa tau yang berduaan orang kita cuma baca Novel doank kok“, ujar Cindy tidak mau kalah.
“Sekarang aku tanya, kamu baca novelnya sendiri apa berdua?“, tanya Ilman ke Cindy
“Berdua“, jawabnya polos
“Tuh kan bener kalian berduaan“, ujar Ilman tertawa sembari meninggalkan kita berdua.
“Ihh Ilman mah jahat“, ujarnya sembari cemberut ke arahku.
“Udahlah biarin aja, emang si Ilman orangnya begitu. Kayak kamu belum hapal aja sifatnya“, ujarku.
“Lagian bener juga ya kita berduaan doank di kelas, hush jauh-jauh sana jangan deket-deket“, ujarnya sambil mendorong-dorong ku.

            Hari-hari selanjutnya berlalu dengan sedikit berbeda. Sekarang, aku dan cindy selalu bersama saat pulang sekolah. Membicarakan berbagai hal di tengah perjalanan pulang kita. Bercanda. Dan tertawa bersama. Entah kenapa setiap aku berada di dekat Cindy, terasa ada perasaan hangat yang ada di dalam dadaku. Perasaan yang baru pertama ini aku rasakan.

Hari-hari telah berlalu. Akhir-akhir ini aku sering berangkat sekolah dengan perasaan yang sedikit berbeda. Semangat. Kenapa? Mungkin karena kejadian kejadian yang berbeda di setiap harinya. Sejak mengenal Cindy, ya Cindy si bidadari pengubah hidupku.

Sepulang dari sekolah pada suatu hari, aku berniat mengajaknya ke sebuah perkebunan teh, dan yang kudengar-dengar dia mempunyai hobi melukis. Maka aku pun sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuknya.
Di kebun teh.
“Cin, kamu tutup mata kamu dulu ya“, ujarku
“Ihh buat apa sih?“, tanyanya penasaran
“Udah kamu tutup aja dulu mata kamu, aku bakal bawa kamu ke tempat istimewa”, lanjutku
“Hmm, yaudah deh”, tutupnya.
Dan akupun membawanya ke tengah kebun teh dimana telah ku persiapkan sebuah kanvas lengkap dengan semua cat airnya.
“Sekarang coba kamu buka penutup mata kamu pelan-pelan”, ujarku
“Aku buka ya“, ujarnya
Dan setelah dia membuka penutup matanya betapa terkejutnya dia melihat benda-benda yang sudah tidak asing lagi baginya.
“Yan, bagus banget kamu tau dari mana kalo aku hobi melukis?“, tanyanya heran
“Pemandangannya juga bagus banget“, lanjutnya penuh kagum.
“Feeling aku bilang kalo kamu pasti suka“, ujarku memasang wajah senyum
“Udah donk, kanvas udah ada, cat nya juga ada, kok ga mulai-mulai melukisnya?“, lanjutku
“Hmm .. menurut kamu disini bagusnya melukis apa ya?“
“Lukis aku aja, haha“, ujarku meledeknya.
Terlihat ekspresi bahagia dari wajah Cindy, ingin ku terus membahagiakannya tapi waktuku tak banyak.

           
-----------*--------- 

0 komentar:

Posting Komentar